Presiden Peru Pro-Tiongkok Resmi Dimakzulkan: Dukungan Publik Hanya 2%, Dikenal Sebagai Pemimpin Paling Tak Disukai di Dunia
Krisis politik mengguncang Peru setelah Presiden pro-Tiongkok, Dina Boluarte resmi dimakzulkan oleh Kongres. Dengan tingkat dukungan hanya 2%, ia disebut sebagai pemimpin paling tidak populer di dunia. Kejatuhannya menandai akhir hubungan mesra Peru dengan proyek “Belt and Road” Tiongkok yang menuai kontroversi.
Kekacauan Politik di Peru: Presiden Dina Boluarte Lengser Setelah Disetujui Pemakzulan Secara Bulat
Lima, Peru — Pada Jumat dini hari, Kongres Peru secara bulat memutuskan memakzulkan Presiden Dina Boluarte, mengakhiri masa pemerintahannya yang penuh kontroversi dan ketidakpuasan rakyat. Keputusan ini disambut sorak sorai oleh anggota parlemen dan masyarakat di berbagai kota.
Ketua Kongres Peru, José Jeri EnrÃquez, mengumumkan bahwa pemakzulan dilakukan berdasarkan Pasal 113 Konstitusi Peru, yang memungkinkan pemberhentian presiden karena “ketidakmampuan moral atau fisik untuk memerintah”.
“Berdasarkan Pasal 113 ayat 2 Konstitusi Republik, kami menyatakan posisi Presiden Republik kosong,” ujar José Jeri di hadapan Kongres.
Dina Boluarte: Dari Wakil Presiden ke Pemimpin yang Dijuluki "Paling Tidak Disukai di Dunia"
Dina Boluarte, 63 tahun, naik ke tampuk kekuasaan pada 2022 setelah pendahulunya dimakzulkan. Namun, sejak awal masa jabatannya, ia gagal mengendalikan lonjakan kriminalitas dan kekerasan di seluruh negeri.
Hanya pada periode Januari hingga Agustus 2025, tercatat 6.041 kasus pembunuhan dan hampir 16.000 kasus pemerasan, meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Peristiwa penembakan di konser musik Cumbia yang melukai lima orang menjadi simbol ketidakamanan nasional di bawah pemerintahannya.
Kemarahan publik pun memuncak. Dalam berbagai survei, tingkat kepercayaan publik terhadap Boluarte anjlok hingga 2%, menjadikannya pemimpin paling tidak populer di dunia.
Seorang warga Peru mengatakan: “Dia bukan presiden, dia pembunuh.”
Kedekatan dengan Tiongkok dan Proyek Kontroversial "Chancay Port"
Selain masalah dalam negeri, Boluarte juga menuai kritik karena hubungan eratnya dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Ia disebut sebagai "loyalis Beijing" di Amerika Selatan, yang membuka jalan bagi pengaruh ekonomi dan militer Tiongkok di kawasan tersebut.
Salah satu proyek paling kontroversial adalah Pembangunan Pelabuhan Dalam “Chancay” — investasi senilai USD 1,3 miliar (sekitar Rp 21 triliun) dari Tiongkok, yang kini menjadi pelabuhan terdalam dan terbesar di Amerika Selatan. Proyek ini merupakan bagian penting dari inisiatif global “Belt and Road” (BRI) Beijing.
Para analis menilai bahwa Tiongkok kini memegang kendali strategis di pesisir Pasifik Amerika Selatan, berkat kerja sama yang dijalin selama era Boluarte.
José Jeri Dilantik Jadi Presiden Baru Peru
Usai pemakzulan Boluarte, Kongres menunjuk José Jeri EnrÃquez, pemimpin partai konservatif “We Are Peru”, sebagai Presiden baru Peru hingga Juli 2026. Ia langsung disambut dengan upacara kenegaraan di Istana Nasional dan berjanji untuk “mengembalikan stabilitas dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan”.
“Kami akan memulai era baru dengan pemerintahan yang bersih dan dekat dengan rakyat,” ujar Jeri dalam pidatonya.
Kesimpulan
Pemakzulan Dina Boluarte menandai babak baru bagi politik Peru yang dilanda korupsi, kekerasan, dan ketegangan geopolitik. Langkah ini juga berpotensi mengubah arah hubungan Peru dengan Tiongkok, serta memengaruhi strategi Beijing di Amerika Selatan.
Dengan Presiden baru José Jeri di pucuk pemerintahan, masyarakat berharap Peru dapat memulihkan keamanan dan kedaulatannya setelah bertahun-tahun di bawah bayang-bayang pengaruh asing dan krisis kepercayaan publik.
#Peru #DinaBoluarte #PresidenPeru #PemakzulanPresiden #ChinaBRI #TiongkokPeru #ChancayPort #JoséJeri #KrisisPolitikPeru #BeritaInternasional #PolitikGlobal #BeritaTerkini #PengaruhTiongkok #BeltAndRoadInitiative
0 comments