Peter Navarro Ungkap Rahasia PKT Teliti dan Kembangkan Vaksin

Vaksin pneumonia PKT (pneumonia Wuhan) yang dikembangkan oleh pemerintah PKT, telah mulai diuji-coba pada tubuh manusia, selain itu Peter Navarro, penasihat ekonomi Gedung Putih itu juga menyatakan pada 27 April bahwa ekspor test kit antibodi virus berkualitas rendah dari RRT mengkhawatirkannya.
HONG WEI

Pada 21 April lalu, penasehat Gedung Putih Peter Navarro menyatakan pada media massa, PKT tidak mau berbagi data awal virus, salah satu penyebabnya kemungkinan adalah mereka ingin terlebih dahulu menemukan dan membuat vaksinnya, setelah itu menjual vaksin itu ke seluruh dunia. Navarro juga menyatakan, kita akan mengalahkan mereka, di Amerika sudah ada lima perusahaan yang ikut terjun meneliti dan mengembangkan vaksin tersebut.

Pernyataan Navarro dimuat luas berulang kali oleh berbagai media massa besar, telah membuat seluruh dunia menyoroti PKT dari sudut pandang yang berbeda tentang sejak kapan sebenarnya PKT mulai menyembunyikan fakta terkait wabah ini, juga mengungkap rahasia penelitian dan pengem-bangan vaksin oleh PKT.

Militer PKT pernah monopoli riset vaksin

Pada 27 Maret lalu, sebanyak 108 orang relawan Tiongkok gelombang pertama telah diinjeksi dengan vaksin yang sifatnya masih eksperimental itu, pihak penyelenggaranya adalah Institut Bioteknologi dari Academy of Military Medical Sciences bekerjasama dengan perusahaan CanSino Biologics Incorporation.

Selama ini RRT memiliki institusi dan perusahaan yang secara khusus meneliti vaksin, seperti sebelumnya pernah terjadi peristiwa vaksin palsu oleh perusahaan di Changchun, yang sebenarnya merupakan perusahaan turunan dari Changchun Institute of Biological Products Co. Ltd., di seluruh Tiongkok ada pula institusi serupa seperti Beijing Institute of Biological Products Co. Ltd., Shanghai Institute of Biological Products Co., Ltd., Wuhan Institute of Biological Products Co., Ltd., Chengdu Institute of Biological Products Co., Ltd., Lanzhou Institute of Biological Products Co., Ltd., dan lain-lain. Semua perusahaan litbang profesional dan produksi vaksin tersebut, telah diabaikan dalam uji klinis vaksin gelombang pertama pada akhir Maret lalu.

Pada 23 Januari lalu sejak kota Wuhan ditutup, segera beredar kabar bahwa seorang pakar senjata biokimia senior dari pihak militer PKT yakni Mayjen Chen Wei telah mengambil alih wewenang terhadap Balai Riset Virologi P4 Wuhan. Juga dikabarkan bahwa Chen Wei pribadi telah melakukan satu kali uji coba vaksin pada tubuhnya sendiri, yang kemudian dibuktikan merupakan berita palsu. Namun media massa PKT membenarkan, pengembangan vaksin oleh pihak militer memang merupakan tanggung jawab tim yang diketuai Chen Wei.

Pejabat tinggi PKT dengan sendirinya tentu tahu, kemampuan militer sangat terbatas, maka dipilihlah sebuah perusahaan swasta untuk bekerja sama, yakni CanSino Biologics Incorporation. Mencuatnya nama perusahaan yang sebelumnya tidak begitu dikenal ini, justru telah mengungkap waktu ditemukannya virus ini, yang mungkin sudah diketahui sejak Oktober tahun lalu, lagi-lagi di luar lingkup pengetahuan masyarakat luas selama ini.

Riset vaksin militer sejak awal adalah pilihan utama

Pada Maret 2019 lalu, CanSino Biologics Incorporation listing di bursa efek Hong Kong, karena kinerjanya tidak begitu menonjol, maka harga sahamnya terus bertengger di kisaran harga HKD 30~40. Akan tetapi pada Oktober tahun lalu, harga saham perusahaan itu mendadak meroket, dan masih terus menanjak hingga saat ini, harga saham sekarang telah mencapai HKD 130, menunjukkan kerjasamanya dengan pihak militer dalam mengembangkan vaksin virus Wuhan telah mendongkrak harga saham perusahaan itu. Yang dirasa aneh adalah, sejak Oktober tahun lalu ada sekelompok orang telah mulai memborong saham perusahaan tersebut, bisa disimpulkan ada yang sejak awal telah mengetahui sesuatu, mendapatkan informasi perusahaan ini turut serta dalam proyek pengembangan vaksin, ini berarti, setidaknya sejak Oktober tahun lalu, virus itu kemungkinan telah ditemukan, maka CanSino Biologics Incorporation dipilih oleh pihak militer, mulai ambil bagian dalam pengembangan vaksin.

Penasihat Gedung Putih Peter Navarro, dari sudut pandang bisnis menilai bahwa PKT berniat mendahului menciptakan vaksin dan menjualnya ke seluruh dunia untuk meraup keuntungan. Ini adalah satu rencana PKT, tapi kemungkinan ada niat lain yang lebih licik. Pihak militer PKT setidaknya sejak Oktober tahun lalu diam-diam telah mulai mengembangkan vaksin, seandainya berhasil, dipastikan vaksin itu akan diprioritaskan bagi pejabat tinggi PKT berikut keluarga dan kerabat mereka, lalu baru akan dibagikan kepada instansi di bawah naungan PKT berikut pejabat dan keluarga mereka, setelah itu sistem aparat negara seperti militer dan kepolisian. Hal ini mungkin menyangkut produksi jutaan vaksin, jumlah ini terlalu besar, dalam waktu singkat tidak akan mampu mengatasi ekspor. Sebelum semua ini rampung, jika PKT mampu menutupi wabah, dipastikan PKT akan terus menutupinya. Namun wabah di Wuhan ternyata tidak terkendali, PKT mau tidak mau harus menutup kota, maka kejadian ini pun tidak bisa ditutupi lagi.

Seandainya pihak militer berhasil mengembangkan vaksin, semua pejabat negara, polisi, militer telah divaksin, baru kemungkinan akan tiba gilirannya bagi para petugas medis di berbagai rumah sakit, di saat yang sama mungkin baru akan diperbolehkan untuk diekspor, untuk memenuhi tujuan politik PKT. Setelah semua petugas medis sudah divaksin, ekspor dipastikan akan menjadi prioritas, mayoritas rakyat Tiongkok justru tidak akan bisa mendapatkannya, tapi PKT akan memilih kasus tertentu, untuk dijadikan propaganda. Seharusnya inilah rencana awal pihak militer PKT mengembangkan vaksin ini, yang paling mudah dirahasiakan dan dikendalikan, setidaknya sejak Oktober tahun lalu sudah dimulai, bagaimana perkembangannya?

Riset vaksin oleh militer mungkin tidak sesuai harapan
Berita menyebutkan, dalam uji klinis gelombang pertama pada 27 Maret lalu sebanyak 108 orang, dilakukan pengamatan terhadap tiga dosis vaksin yakni dosis rendah – sedang - tinggi, didapati vaksin ini mungkin mengakibatkan demam panas, sakit pada bagian yang divaksin, nyeri sendi dan berbagai efek samping lainnya, rasio panas tubuh tinggi pada kelompok dosis tinggi (suhu tubuh mencapai 38,5⁰C) adalah yang paling besar. Sepertinya eksperimen pada gelombang pertama tidak sesuai harapan, kemudian media massa partai juga secara samar membenarkannya.

Pada 20 April lalu, surat kabar corong partai People’s Daily juga menyebutkan “vaksin Vektor Adenovirus dari tim Chen Wei untuk kali pertama telah diijinkan melakukan uji klinis, pada akhir Maret lalu telah merampungkan uji klinis gelombang pertama… dan 9 April lalu telah mulai merekrut relawan untuk uji klinis gelombang kedua.” Tapi kemudian disebutkan “Pada 12 April lalu, vaksin yang dilemahkan yang diajukan oleh Wuhan Institute of Biological Products Co., Ltd. bersama dengan Wuhan Institute of Virology telah disetujui, dan akan memasuki masa uji klinis;

Pada 13 April, vaksin yang dilemahkan yang dikembangkan oleh Beijing Biology Technology Co. Ltd. juga telah disetujui untuk dilakukan uji klinis. Pengembangan vaksin oleh pihak militer telah tersingkir, pada awal bulan April, ada dua lagi institusi non-militer yang juga mendapat persetujuan uji klinis vaksin.

Baru 13 hari berselang sejak uji klinis gelombang pertama, uji klinis gelombng kedua sudah buru-buru segera akan diadakan, “vaksin yang dilemahkan” milik tim Chen Wei dari pihak militer, apakah pengembangannya tidak sesuai harapan? Mungkin karena kegagalan sesaat, mau tidak mau harus mengubah rencana, dan segera diuji lagi. Di saat yang sama, “vaksin yang dilemahkan” arah lain sudah muncul, apakah PKT tidak berdaya? Mau tak mau pantangan militer pun dilanggar, institusi riset vaksin profesional di luar tubuh militer pun diperbolehkan ikut serta. Saat ini di seluruh dunia tidak kurang dari 80 tim riset sedang mengembangkan penelitian vaksin dari arah yang berbeda, diperkirakan sudah mendahului, tadinya PKT berniat menguasai hal ini dalam tubuh militer saja, sangat mungkin karena melihat perkembangan yang teramat lamban, sehingga terpaksa melonggarkan pembatasannya.

Media partai mendahului selamatkan pamor

Terlambatnya keterlibatan institusi profesional non-militer mengakibatkan mengejar ketertinggalan dari AS dan negara lain menjadi semakin berat, pada 20 April lalu, surat kabar People’s Daily menerbitkan artikel berjudul “Sains Nantikan Riset Vaksin Virus Corona”.

Artikel itu meminjam pernyataan seorang pakar, “Dalam aktivitas pengembangan yang realistis, banyak vaksin dalam riset sebelum diuji klinis telah terbukti tidak akan berhasil, ada sejumlah vaksin lainnya walaupun cukup baik kinerjanya, tapi saat masuk ke tubuh manusia dalam uji klinis juga mungkin mengalami berbagai masalah. Penelitian vaksin tidak boleh meninggalkan sedikit pun bahaya tersembunyi pada kaitannya dengan apa pun, jika tidak bisa mencapai sasaran atau tuntutan yang diinginkan maka harus dihentikan… Menilai efektivitas dan keamanan suatu vaksin, umumnya harus diuji pada ribuan bahkan puluhan ribu orang subjek uji klinis”, ini tidak seperti pengetahuan sains umum yang sederhana, tetapi lebih menyerupai kesimpulan dari penelitian vaksin pada tahapan saat ini.

Riset vaksin pihak militer, sangat mungkin seperti yang dikatakan oleh pakar itu yakni, “Saat masuk ke tubuh manusia dalam uji klinis juga mungkin mengalami berbagai masalah”. Pakar juga secara khusus mengatakan, “Banyak vaksin dalam riset sebelum diuji klinis telah terbukti tidak akan berhasil’, ini mungkin sudah menjelaskan, vaksin militer mengapa buru-buru memasuki fase uji klinis gelombang kedua, sangat mungkin terdesak oleh masalah orientasi validasi riset. Pakar bahkan secara langsung menyebutkan, “Jika tidak bisa mencapai sasaran atau tuntutan yang diinginkan maka harus dihentikan”, perkataan ini tidak mungkin dikatakan sekenanya, sangat mungkin ada tujuan yang dimaksud.

Pakar tersebut juga mengatakan, “Merampungkan keseluruhan uji klinis, setidaknya butuh waktu 3 sampai 5 tahun, bahkan bisa mencapai belasan tahun, sejumlah vaksin bahkan tidak bisa dibuat setelah puluhan tahun… Menghadapi wabah corona ini, walaupun menyederhanakan sejumlah tautan yang tidak begitu krusial, proses ini biasanya juga butuh waktu yang sangat panjang”, ini selisih sangat jauh dengan periode riset yang dikatakan pakar Barat yakni 1 tahun atau 18 bulan. Sepertinya riset vaksin RRT sangat mungkin mengalami bottleneck, yang tidak hanya tidak menunjukkan “keunggulan sistem (komunisme)”, sebaliknya justru terseret mundur akibat “sistem” ini, di luar tubuh militer, hanya ada 2 orang institusi vaksin profesional diijinkan ikut ambil bagian, lebih banyak lagi institusi profesional lainnya apakah hanya bisa menjadi penonton saja? Para pakar RRT yang ramai-ramai merilis tesis mereka di luar negeri, apakah juga hanya bisa menonton dari luar lapangan?

Penasehat Gedung Putih Navarro mengecam PKT tidak mau berbagi data awal terjangkitnya virus, sekarang ini sepertinya, bukan hanya negara di dunia tidak bisa mendapatkan data tersebut, sangat mungkin banyak balai riset di Tiongkok pun tidak bisa mendapatkan data yang akurat, termasuk spesimen virus tersebut, sehingga tidak bisa melakukan penelitian.

Surat kabar People’s Daily meminjam mulut para pakar, mempersiapkan sejak awal penyelamatan pamor, dari awal memberitahu masyarakat, jika vaksin tidak bisa dikembangkan di Tiongkok adalah hal yang normal. Jika suatu hari AS berhasil mengembangkan vaksin, masih bisa dikatakan, pakar PKT telah memberi sumbangsih yang besar, melakukan banyak penelusuran pendahuluan yang bermanfaat, kemudian dengan high profile mengambil alih hak paten negara lain, dan buru-buru mematenkannya di Tiongkok, serta mewujudkan produksi di dalam negeri, lalu diekspor.

Keamanan vaksin PKT patut disoroti

Virus kemungkinan besar telah ditemukan sejak Oktober tahun lalu, vaksin militer sangat mungkin sejak bulan Oktober tahun lalu telah dimulai, setengah tahun sudah berlalu, sepertinya tak ada perkembangan yang berarti. Navarro seharusnya telah menguasai informasi yang lebih akurat, sehingga lebih percaya diri, menilai vaksin AS akan lebih dulu berhasil ditemukan. PKT sangat mungkin tidak rela kehilangan kesempatan mendahului penemuan vaksin, apa daya tangan tak sampai, sistem PKT secara serius telah membatasi kekuatan risetnya di berbagai aspek. Surat kabar People’s Daily mengutip pernyataan para pakar, bersiap-siap menyelamatkan pamor PKT, tapi perkataan pakar justru telah memicu lebih banyak kekhawatiran, Navarro mengatakan, “Menghadapi wabah pneumonia corona Wuhan, walau menyederhanakan sejumlah tautan yang tidak begitu krusial, proses ini biasanya juga butuh waktu yang sangat panjang”. Ini mungkin membuktikan, di bawah arahan misi politik para pejabat PKT, riset vaksin sepertinya telah mulai menyederhanakan “sejumlah tautan yang tidak begitu krusial”.

Kasus vaksin palsu PKT, masih sangat segar dalam ingatan masyarakat. Setelah vaksin diinjeksikan ke dalam tubuh, jika tidak menimbulkan antibodi, mayoritas rakyat tidak akan tahu menahu, walau tahu pun terpaksa hanya bisa menerimanya. Tapi yang ditakutkan rakyat adalah, jangan karena diinjeksi vaksin justru terjangkit virus, atau menimbulkan efek samping yang serius, keduanya bisa berakibat mematikan. Menyederhanakan “sejumlah tautan yang tidak krusial” dalam riset vaksin, jika sejumlah tautan lain disederhanakan lagi saat vaksin diproduksi, bagaimana kualitas vaksin ini tidak mengkhawatirkan?

Dalam tingkat tertentu penasehat Gedung Putih Navarro telah mengungkap waktu awal riset dan perkembangan sesungguhnya dari pengembangan vaksin virus PKT ini, pemberitaan media partai juga telah membubuhkan banyak keterangan, perkataan pakar semakin mengkhawatirkan, rakyat Tiongkok lagi-lagi harus kembali berhati-hati. (epochtimes/sud)

0 comments