Siapa yang Bisa Terselamatkan dalam Bencana Besar? Mitos yang Menembus Jaman Kuno Hingga Sekarang

 

Tuhan telah memberitahu manusia bahwa Dia akan menjaga semua orang yang baik hati, dan saat bencana melanda, Tuhan akan menyelamatkan mereka yang percaya kepada Nya. Namun, ketika manusia dalam kurun waktu yang panjang berangsur-angsur melupakan pesan Tuhan kepada mereka dan ketika mulai berani melakukan kejahatan apapun maka Tuhan juga sudah tidak bisa lagi memperdulikan manusia. Tetapi Tuhan itu berbelas kasih kepada manusia dan akan memberikan kesempatan lagi untuk manusia. Ada banyak kisah nyata yang beredar dalam sejarah, telah menjadi saksi atas janji Tuhan. Orang modern sekarang menyebutnya sebagai mitos.


Pada saat yang sangat lampau, awalnya ada Kabupaten Shihe di sebelah timur Shijiusuo, Rizhao, Shandong, yang dulunya merupakan tanah subur. Tetapi seiring dengan kemerosotan moralitas sosial, orang-orang di sana menjadi egois, tidak lagi bijak dan adil, dan hampir tidak ada yang percaya dengan Buddha. Sang Buddha melihat pemandangan ini dan ingin menghancurkan kota. Tetapi Bodhisattva Ksitigarbha masih ingin menyelamatkan orang-orang yang baik hati, dan manusia diberi kesempatan lagi, dia menjelma menjadi seorang pengemis dan turun ke dunia. Dia pergi ke kabupaten Shihe untuk mengemis dari rumah ke rumah untuk mencari orang-orang baik, tetapi yang dia temui hanyalah pandangan menghina dan tidak ada orang yang mau memberinya makan.

Saat Bodhisattva berjalan sampai ke pintu masuk desa dan hendak pergi, dia menemukan seorang wanita tua sedang mempersembahkan dupa kepada Buddha, dan dia berjalan menghampirinya. Wanita tua itu berkata dengan malu-malu: "Saya hanya punya semangkuk nasi ini, saya berikan setengah mangkuk kepada Anda, sisa setengah mangkuk akan saya persembahkan kepada Buddha." Bodhisattva Ksitigarbha melihat bahwa wanita tua itu baik hati, sebelum pergi dia menunjuk ke sepasang singa batu yang berada di pintu masuk desa dan berkata kepada wanita tua itu: “Suatu saat bila anda melihat mata sepasang singa ini menjadi merah, itu pertanda akan terjadi air bah, Anda harus segera lari ke atas gunung dan jangan menoleh maka dijamin Anda selamat.” Wanita tua yang baik hati itu segera memberitahukan berita ini kepada penduduk desa, tetapi tidak ada satu pun yang percaya padanya, dan mengejeknya dengan berkata, bagaimana mata singa batu ini bisa menjadi merah? Wanita tua itu mengabaikan sinisme orang-orang dan terus memohon kepada penduduk desa untuk mempercayainya.

Wanita tua itu mengingat kata-kata pengemis, dan setiap hari dia pasti melihat mata sepasang singa batu itu. Suatu hari, beberapa orang jahat yang tidak punya kerjaan memiliki ide buruk: Mereka hendak membuat wanita tua itu sebagai hiburan, jadi mereka mewarnai mata singa batu dengan cinnabar. Ketika wanita tua itu melihat mata singa batu menjadi merah, dia dengan cemas berteriak kepada penduduk desa: "Cepat Lari! Banjir segera datang”. Melihat bahwa wanita tua itu benar-benar dibodohi, semua bocah nakal itu tertawa terpingkal-pingkal. Wanita tua itu terus berteriak, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan. Dia terpaksa berlari ke gunung seorang diri. Ketika dia sampai ke puncak gunung, menoleh dan melihat ke belakang, menemukan bahwa Kabupaten Shihe telah menjadi lautan yang luas.

Kisah singa batu bermata merah telah diturunkan dari generasi ke generasi, melewati sejarah yang amat panjang, dan mewariskan pesan Tuhan kepada orang-orang dari generasi selanjutnya. Namun, seiring berjalannya sejarah hingga hari ini, manusia secara berangsur-angsur melupakan peringatan dari para Dewa, sifat hati berubah keiblisan, dan moralitas merosot tajam. Roh-roh jahat komunisme mengambil kesempatan untuk mengacaukan dunia, menggunakan "ateisme" untuk menipu manusia dan memfitnah Tuhan.

Sejak merebut kekuasaan untuk memerintah tanah di Tiongkok pada 1949, PKT selalu melakukan upaya apa pun untuk menghancurkan budaya warisan Dewa di Tiongkok dan menghancurkan keyakinan lurus orang-orang kepada Tuhan, dengan tujuan merusak standar moral tradisional umat manusia, membuat orang tidak bisa membedakan baik dan jahat serta mengkhianati Tuhan.

Tuhan selalu menjaga dan melindungi orang baik. Tapi ketika semua orang telah meninggalkan ajaran Tuhan dan sifat hati menjadi keiblisan maka Tuhan akan menyisihkan orang melalui seleksi. Dalam banyak ramalan yang beredar dalam sejarah, semua mengatakan bahwa dikhawatirkan akan ada bencana besar melanda umat manusia sekarang ini.

Dalam "Prasasti Liu Bowen" dari Dinasti Ming sudah meramalkan bahwa bencana besar bagi umat manusia akan segera terjadi. Sedangkan cara ajaib untuk menghindari bencana oleh Liu Bowen diikhtisarkan sebagai berikut : "Tujuh orang berjalan sepanjang jalan, terpikat masuk ke dalam mulut, tiga titik ditambah satu tanda centang, delapan raja dan dua puluh mulut",

Saat teka-teki huruf terurai, jadilah tiga kata: "Sejati, Baik dan Sabar". Dan "Sejati, Baik dan Sabar" adalah prinsip latihan Falun Gong (juga dikenal sebagai Falun Dafa).

Falun Dafa adalah latihan kultivasi peringkat atas dalam aliran Buddha, mengajarkan praktisi untuk meningkatkan kriteria Xinxing sesuai dengan prinsip universal, "Sejati, Baik dan Sabar",

Moralitas membumbung serta melalui lima perangkat latihan yang nyaman menyehatkan badan dan menguatkan tubuh.

Sejak bulan Juli tahun 1999, latihan kultivasi Buddha kuno ini telah dianiaya dengan kejam oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT). Dalam 21 tahun terakhir, PKT telah menggunakan metode jahat yang biadab untuk memaksa praktisi Falun Gong meninggalkan keyakinan mereka terhadap Fa Buddha, menunjukkan dengan jelas sifat iblis jahat PKT. Tahun ini, PKT menerapkan apa yang disebut "operasi pembersihan nol" terhadap praktisi Falun Gong di seluruh negeri, menangkap dan melecehkan 5313 praktisi Falun Gong di 238 kota di 28 provinsi, daerah otonom dan kotamadya langsung di bawah Pemerintah Pusat.

Dalam Laporan Kebebasan Beragama Global tahun 2020 yang dirilis oleh Amerika Serikat pada tanggal 28 April, karena penganiayaan serius PKT terhadap keyakinan agama, Tiongkok terdaftar sebagai "negara dengan perhatian khusus" selama 21 tahun berturut-turut. Laporan tersebut menyatakan bahwa pemerintah PKT menggunakan teknologi tinggi untuk memantau seluruh negeri, dan memantau orang-orang berkeyakinan melalui pengenalan wajah dan teknologi kecerdasan buatan. Di Xinjiang, sekitar 900.000 hingga 1,8 juta Muslim ditahan di lebih dari 1.300 kamp konsentrasi;

Di Tibet, Buddhisme Tibet telah diasimilasi dan ditekan secara paksa, kuil-kuil dihancurkan, dan biksu serta biksuni diusir;

Ada ratusan gereja rumah Kristen di seluruh Tiongkok ditutup dan pendeta ditangkap serta dihukum;

Pengambilan organ secara paksa masih dilakukan dalam skala besar, dan banyak korbannya adalah praktisi Falun Gong.

Belas kasih dan kewibawaan Tuhan eksis bersamaan. Kejahatan yang dilakukan PKT tak terhitung jumlahnya, sedang menghadapi hukuman dari langit dan perhitungan dari manusia. PKT telah menipu orang Tiongkok untuk bersumpah bahwa "mereka akan berjuang seumur hidup untuk PKT" ketika bergabung dengan organisasinya. Mereka yang telah bersumpah sama saja dengan menyerahkan hidup mereka kepada roh jahat PKT dan menjadi anggota dari organisasi jahatnya. Pada momen bersejarah "Langit memusnahkan PKT", hanya dengan mengenali dan mundur dari PKT, baru bisa mendapatkan perlindungan Dewa dan terlepas dari malapetaka ini.

PKT menyembunyikan kebenaran tentang "virus PKT" (yang dikenal sebagai virus corona) dan menyebabkan pandemi di seluruh dunia, yang telah merenggut lebih dari 1 juta jiwa. PKT telah menjadi ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan umat manusia, dan telah dimintai ganti rugi secara global. Saat wabah mengancam kehidupan umat manusia, mitos baru juga beredar di kalangan masyarakat. Banyak orang yang memahami kebenaran tentang Falun Gong menyingkirkan "virus PKT" dengan mengatakan "Falun Dafa baik" dan "Sejati- Baik- Sabar adalah baik" dan secara ajaib mendapatkan kembali kesehatan mereka. Ini merupakan cara ajaib menghindari bencana yang telah menjadi buah bibir orang-orang.

Legenda singa batu bermata merah menjadi saksi janji para dewa dalam sejarah, dan dalam pertempuran antara kebaikan dan kejahatan yang menembus masa lalu dan masa kini, di era legendaris "Langit memusnahkan PKT", itu adalah sedang menyaksikan mitos-mitos baru.


---------------------------
Referensi:

Akhir dari "Prasasti Liu Bowen" memberitahu kita apa?

https://www.zhengjian.org/node/41019

0 comments