Gelombang Kebangkrutan Massal di China: Para Bos Curhat Nasib Tragis Akibat Krisis Ekonomi

 

Tiongkok, 19 Juni 2025 – Krisis ekonomi yang semakin memburuk di Tiongkok telah memicu gelombang kebangkrutan besar-besaran di kalangan pengusaha. Dari industri konstruksi hingga properti, para pemilik perusahaan yang sebelumnya kaya raya kini bergelut dengan utang triliunan rupiah, bahkan kehilangan segalanya. Di tengah runtuhnya perekonomian nasional, semakin banyak pemilik usaha yang memilih untuk curhat di media sosial, membongkar kepedihan akibat runtuhnya bisnis mereka.

Dari Kaya Raya ke Bangkrut Total

Salah satu suara yang mencuat datang dari Ketua Grup Baolong, Qu Libao, yang mengungkapkan bahwa lima tahun lalu ia masih memiliki kekayaan miliaran yuan. Namun kini, perusahaannya telah bangkrut, dan ia harus menanggung utang hingga 100 juta yuan (sekitar Rp 220 miliar), serta menghadapi ratusan gugatan hukum.

“Lima tahun lalu saya masih miliarder. Sekarang saya bangkrut total, bahkan terlilit utang satu miliar yuan,” ujar Qu Libao dalam video yang viral di platform Tiongkok.

Nasib Serupa Dialami Ratusan Pengusaha

Kisah serupa juga disampaikan oleh Lu Donglin, pemilik perusahaan konstruksi interior di Shanghai. Dulu ia dikenal sebagai pengusaha sukses dengan omzet puluhan juta yuan per tahun. Kini, ia kehilangan seluruh aset, terlilit utang lebih dari 20 juta yuan, dan mengaku tak bisa tidur atau makan karena stres berat.

Sementara itu, Zong Yuyan, pemilik perusahaan konstruksi asal Jiangsu, mengaku pernah memiliki aset lebih dari satu miliar yuan. Kini, ia justru terjerat utang sebesar 40 juta yuan karena dana investasi perusahaannya tidak bisa ditarik kembali.

Kondisi Sistemik: “Istri Pergi, Keluarga Hancur”

Menurut pengusaha senior asal Shanghai, Hu Liren, situasi ini bukan kasus individu, melainkan keruntuhan sistemik ekonomi China. Ia menyebut banyak pengusaha bangkrut mengalami kehancuran keluarga—bahkan kehilangan pasangan dan anak-anak.

“Ini bukan hanya satu sektor yang hancur, tapi semua sektor. Tidak ada dana dari sektor lain yang bisa disedot untuk menyelamatkan. Itu mustahil,” kata Hu.

Pengamat: Ekonomi China Terdampak Balon Spekulatif dan Gagal Bayar

Lai Rongwei, Direktur Eksekutif Taiwan Inspirational Association (TIA), mengatakan bahwa banyak perusahaan di Tiongkok sebelumnya hanya hidup dalam gelembung spekulasi. Kini, krisis ekonomi membuat semua ilusi itu pecah. Para pejabat partai tak lagi mendukung roda ekonomi, membuat piutang tak tertagih dan utang menumpuk.

“Karena fluktuasi ekonomi sangat besar, bahkan pejabat partai tidak lagi mendukung dunia usaha. Akhirnya, banyak bisnis kehabisan dana dan ambruk satu per satu,” jelas Lai.

Opini: Pemerintah Biarkan Curhatan Viral untuk Alihkan Kemarahan Publik

Lai juga menambahkan bahwa meskipun rezim Komunis Tiongkok dikenal ketat mengontrol internet, mereka justru membiarkan video curhat para bos bangkrut ini menyebar luas. Hal ini dinilai sebagai strategi untuk mengalihkan kemarahan rakyat dari kegagalan kebijakan pemerintahan.

“Video-video ini digunakan sebagai katup pelepasan emosi masyarakat, agar perhatian publik tidak tertuju langsung pada kebijakan ekonomi yang gagal.”

0 comments