Trump Peringatkan Xi Jinping: Beijing Akan Dibom Jika PKT Menyerang Taiwan

 

“Jika kalian menyerang Taiwan, saya akan perintahkan pengeboman Beijing hingga hancur.” Bunyi rekaman Trump dalam acara penggalangan dana Trump yang diadakan di New York dan Florida pada 2024. Foto: Pesawat pengebom B-2 tengah mendekati sebuah pesawat tanker strato KC-135R untuk mengisi bahan bakar. (USAF/Getty Images)

Peringatan Keras Trump: Serang Taiwan, Beijing Akan Hancur

Presiden AS, Donald Trump kembali menggemparkan dunia internasional. Dalam sebuah rekaman pidato yang disiarkan oleh CNN pada 9 Juli 2025, Trump secara terbuka memperingatkan Xi Jinping bahwa jika Partai Komunis Tiongkok (PKT) menyerang Taiwan secara militer, ia akan memerintahkan pengeboman ke ibu kota Tiongkok, Beijing.

Dalam pidatonya yang direkam pada acara makan malam penggalangan dana tahun 2024, Trump menyatakan:

“Jika kalian menyerang Taiwan, saya akan membombardir Beijing hingga hancur.”

Trump mengungkap bahwa Xi Jinping sempat meragukan keseriusan ancaman tersebut. Namun, Trump menjelaskan bahwa probabilitas kecil saja sudah cukup untuk membuat PKT takut. "Bahkan peluang 5% pun cukup untuk membuat mereka waswas," tegas Trump.

Rekaman tersebut kini menjadi bagian dari buku baru berjudul 2024, karya tiga jurnalis investigasi — Josh Dawsey, Tyler Pager, dan Isaac Arnsdorf.


Trump: Jika Saya Terpilih, Perang Ukraina dan Gaza Tidak Akan Terjadi

Selain isu Taiwan, Trump juga membahas peranannya dalam mencegah konflik global. Ia mengklaim bahwa jika memenangkan pemilu 2020, bukan hanya invasi Rusia ke Ukraina, tetapi juga konflik di Jalur Gaza dapat dihindari.

Dalam pidato yang sama, Trump menyatakan bahwa ia telah berbicara secara langsung dan keras dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia percaya bahwa sikap tegasnya mampu menahan ambisi militer Rusia.

“Saya tak ingin membocorkan detailnya, tapi saya yakin... mereka takut pada saya,” kata Trump.


Putin Menanggung Derita akibat Dicurangi PKT?

Perang Rusia–Ukraina kini memasuki tahun ketiga. Meski telah menelan korban besar, Presiden Rusia, Vladimir Putin masih enggan menghentikan perang tanpa syarat. Trump yang kini kembali menjabat sebagai Presiden AS telah beberapa kali mencoba menengahi konflik, namun belum membuahkan hasil.

Pada 3 Juli, Trump melakukan pembicaraan via telepon selama satu jam dengan Putin, namun ia menyebut hasilnya mengecewakan. Ia mengatakan:

“Putin tidak menunjukkan niat untuk mengakhiri perang. Ini sangat buruk.”


Dukungan Terbatas AS untuk Ukraina

Pemerintahan Trump tetap menunjukkan kehati-hatian. Meskipun mengizinkan pengiriman senjata pertahanan, seperti rudal dan peluru artileri presisi, keputusan untuk menambah dukungan masih bersifat terbatas.

Menurut laporan dari Politico, stok amunisi milik AS semakin menipis, dan Pentagon sempat mempertimbangkan menghentikan beberapa pengiriman ke Ukraina sejak Maret 2025. Namun, karena serangan udara besar-besaran dari Rusia, pengiriman senjata tetap dilanjutkan.

Analis militer Wang He menyebut bahwa jika Rusia terus bertahan dengan agresi, maka pemerintahan Trump bisa memperluas dukungan ke Ukraina secara signifikan.


PKT Dinilai Gunakan Rusia sebagai Kambing Hitam

Wang He juga menyoroti bahwa Partai Komunis Tiongkok tampaknya tidak ingin Rusia kalah di medan perang Ukraina. Menurut Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, kegagalan Rusia akan menyebabkan perhatian penuh AS beralih ke Beijing. Hal ini menunjukkan bahwa Rusia bukan sekutu sejati PKT, melainkan hanya “kambing hitam geopolitik”.

Wang He menegaskan bahwa jika Putin sadar akan niat buruk PKT, maka Rusia bisa memutuskan hubungan dan mengambil langkah untuk mengakhiri perang dengan damai.


Kesimpulan: Dunia di Persimpangan Geopolitik

Pernyataan Trump menjadi titik panas dalam politik global. Ketegangan di Selat Taiwan, perang Rusia–Ukraina, serta hubungan rumit antara PKT dan Rusia menciptakan situasi geopolitik yang semakin kompleks.

Apakah ancaman Trump hanya retorika atau sinyal serius kebijakan luar negeri AS ke depan? Satu hal yang pasti: dunia sedang bergerak menuju babak baru yang menuntut kewaspadaan penuh dari semua pihak.

0 comments