Beijing Dilanda Banjir Besar: 31 Lansia Tewas di Panti Jompo, Dugaan Kelalaian Pemerintah Mencuat

 


Beijing, Tiongkok — Hujan deras yang melanda Beijing dalam beberapa hari terakhir, disertai dengan tindakan pelepasan air serentak dari sepuluh bendungan pada 27 Juli, menyebabkan banjir dahsyat yang menewaskan puluhan warga, termasuk 31 lansia di sebuah panti jompo di Distrik Miyun. Kejadian ini memicu kemarahan publik, terutama karena kurangnya peringatan dini dari pemerintah dan dugaan penutupan informasi terkait skala bencana.

31 Lansia Tewas Terjebak di Panti Jompo

Salah satu insiden paling tragis terjadi di Panti Jompo Taishitun, Distrik Miyun, tempat 31 lansia dilaporkan tewas setelah banjir besar merendam fasilitas tersebut. Video yang beredar di internet memperlihatkan para lansia mencoba menyelamatkan diri dengan merangkak ke jendela, namun gagal keluar. Setelah banjir surut, wartawan menemukan bekas jejak tangan berlumpur di dinding, diduga sebagai tanda perjuangan terakhir korban sebelum meninggal dunia.

Menurut laporan media independen Caixin, yang kemudian dihapus oleh sensor pemerintah, ketinggian air di dalam ruangan mencapai lebih dari dua meter, membuat para penghuni panti jompo yang mayoritas dalam kondisi lumpuh total atau sebagian tidak mampu menyelamatkan diri.

Pemerintah Tidak Memberikan Peringatan Dini

Warga di wilayah terdampak mengaku tidak menerima peringatan evakuasi sebelum bendungan dibuka. Seorang warga mengatakan bahwa ia terbangun pukul 4 pagi ketika air sudah mencapai lututnya. “Air masuk ke rumah dalam waktu kurang dari lima menit,” ujarnya.

Kondisi semakin diperparah dengan longsor, jembatan runtuh, dan jalan raya hancur, serta ratusan orang yang sempat dinyatakan hilang. Sebagian besar wilayah di Miyun, Huairou, Yanqing, dan Pinggu sempat terisolasi tanpa akses komunikasi.

Kritik Terhadap Tindakan Pemerintah dan Penutupan Informasi

Meski laporan korban jiwa semakin banyak bermunculan, media milik pemerintah Tiongkok pada awalnya mengklaim tidak ada korban jiwa. Baru pada 29 Juli, pemerintah melaporkan adanya 30 korban tewas, dan pada 31 Juli angka tersebut meningkat menjadi 44 orang tewas dan 9 hilang, termasuk 31 korban dari panti jompo di Miyun.

Namun, masyarakat dan pengamat internasional mempertanyakan keakuratan data ini. Warga Beijing, dalam wawancara, menuding pemerintah melakukan penyembunyian informasi dan menutup rapat media sosial. "Kalau kita coba bagikan info banjir di WeChat, langsung diblokir," ujar seorang warga bernama Wang.

Seorang jurnalis lokal mengatakan bahwa tidak hanya panti jompo yang terdampak, tetapi juga beberapa panti asuhan yang tidak dapat dilaporkan secara publik akibat sensor ketat dari pihak berwenang.

Pemerintah Dianggap Abai dan Salahkan Faktor Alam

Dalam konferensi pers, Sekretaris Komite Partai Komunis Miyun, Yu Weiguo, menyebut bahwa panti jompo tersebut berada di area yang sebelumnya dianggap “aman,” sehingga tidak masuk dalam daftar lokasi evakuasi. Ia juga menyebut 55 dari 69 penghuni panti jompo dalam kondisi lumpuh. Pernyataan ini dinilai publik sebagai upaya menutupi kelalaian dan pengalihan tanggung jawab.

Program berita independen News Insight menyatakan bahwa bencana ini bukan semata-mata bencana alam, tapi kombinasi antara bencana alam dan kelalaian manusia (human error).

0 comments