Kartu SIM Mendadak Dinonaktifkan — Pria Tiongkok Membeku Putus Asa di Pinggir Jalan di Ketinggian 4.000 Meter

 


Seorang pria asal Henan, Tiongkok, hampir kehilangan nyawa setelah kartu SIM-nya tiba-tiba dinonaktifkan karena alasan “pencegahan penipuan”. Kejadian di Tibet ini menyoroti dampak kebijakan anti-scam yang berlebihan dari operator seluler Tiongkok dan menuai kritik luas di media sosial.


GlobalNews - Baru-baru ini, seorang pria asal Henan mengalami kejadian tragis setelah kembali dari luar negeri. Kartu SIM miliknya tiba-tiba dinonaktifkan oleh operator dengan alasan “pencegahan penipuan” (anti-scam). Akibatnya, ia terjebak di pinggir jalan di Tibet pada ketinggian lebih dari 4.000 meter dengan suhu di bawah nol, hingga nyaris kolaps karena kedinginan. Kasus ini memicu perdebatan luas di media sosial Tiongkok tentang kebijakan operator yang dinilai berlebihan dan tidak manusiawi.

Menurut laporan media daratan, Li, seorang pria asal Henan yang bekerja di Xinjiang, baru saja bepergian ke luar negeri. Pada 18 September, ia berangkat dari Guangzhou menuju Nepal untuk melakukan pendakian, dan pada 5 Oktober kembali ke Tiongkok melalui perbatasan Zhangmu. Namun saat hendak menelepon untuk memesan bus, ia mendapati kartu SIM miliknya tidak bisa digunakan.

Ia mengisi ulang pulsa sebesar 200 yuan, tetapi ponselnya tetap tidak berfungsi. Tanpa akses komunikasi, Li meminta bantuan petugas bea cukai untuk memanggil kendaraan dan akhirnya tiba di Kabupaten Nyalam sekitar pukul 20.00 malam.

Li menjelaskan bahwa Nyalam berada di ketinggian lebih dari 4.000 meter dengan suhu di bawah nol dan salju setinggi lutut. Kota itu juga mengalami pemadaman listrik, dan ia tidak membawa uang tunai karena hanya membawa perlengkapan pendakian seadanya.

“Saya berdiri di jalan dan benar-benar putus asa. Ponsel tidak bisa digunakan, tidak bisa membayar apa pun. Saya lapar, dan angin dingin menampar telinga saya,” ujarnya.

Setelah berjuang keras, Li berhasil menghubungi layanan pelanggan China Mobile melalui cara lain. Operator menjelaskan bahwa nomornya “dinonaktifkan sementara demi perlindungan dari penipuan”.

Mereka memberikan tiga opsi untuk memulihkan layanan:
  1. Datang langsung ke kantor pelayanan untuk verifikasi identitas,
  2. Kembali ke Xinjiang untuk mengurusnya, atau
  3. Melakukan verifikasi online di tempat yang memiliki pencahayaan cukup.

Namun malam itu terlalu gelap untuk verifikasi online, dan kantor setempat sudah tutup akibat pemadaman listrik. Li memohon agar jaringan datanya dibuka sementara selama empat jam agar ia bisa makan, beristirahat, dan mencari kendaraan menuju kota berikutnya.

“Saya tidak melakukan pelanggaran apa pun, masih membayar biaya bulanan, tapi mereka tetap tidak bisa memprosesnya,” kata Li dengan nada kecewa.

Li akhirnya membatalkan perjalanannya dan menuju kantor layanan di Shigatse, tetapi di sana diberi tahu bahwa kartu SIM asal Xinjiang hanya bisa diurus di Xinjiang atau Lhasa. Ia kemudian membeli kartu baru agar bisa melanjutkan perjalanan ke Lhasa. Beberapa hari kemudian, ia mendapat pesan dari China Mobile bahwa masalahnya akan ditangani dalam 48 jam — namun hingga 13 Oktober, kartunya tetap belum aktif.

Kini, Li tidak lagi menuntut pemulihan kartunya. Ia hanya meminta agar operator mengembalikan pulsa 200 yuan yang terbuang sia-sia serta mengganti biaya perjalanan tambahan akibat insiden ini.


Netizen Geram: “Bukan Perlindungan, Tapi Menyakiti Pengguna”

Banyak pengguna internet di Tiongkok mengaku mengalami kasus serupa. Berikut beberapa komentar yang viral di media sosial:
  • “Ibu saya hanya mengklik satu pesan penipuan, dan nomor ponselnya langsung dibatalkan. Konyol sekali.”
  • “Nomor saya tidak pernah dipakai ke luar negeri, tapi karena jarang digunakan malah langsung diblokir. Wajar?”
  • “Baru 10 hari pakai nomor, tiba-tiba terblokir. Isi ulang pun percuma.”
  • “Waktu pandemi, ponsel saya diblokir saat turun dari kereta — tidak bisa scan kode keluar stasiun, hampir gila rasanya.”
  • “Bukan ditipu penjahat, malah hampir mati karena kebijakan operator.”

Kebijakan anti-penipuan yang diterapkan operator disebut justru merugikan pelanggan. Beberapa warganet menilai bahwa slogan seperti “demi melindungi Anda” hanyalah alasan untuk memperumit hidup pengguna.

“Atas nama perlindungan, mereka bisa menghentikan layanan ponsel atau membekukan rekening tanpa dasar. Banyak orang jadi korban sistem yang tidak fleksibel,” tulis seorang netizen.

“Ini bukan perlindungan, tapi penyiksaan terhadap pelanggan,” komentar lainnya.

Seorang pengguna dengan nada sinis menulis,

“Logika ‘lebih baik salah menonaktifkan daripada membiarkan lolos’ membuat pengguna menanggung beban penuh dari sistem anti-penipuan yang tidak manusiawi. Ini bentuk kemalasan birokrasi, bukan perlindungan.”


Kesimpulan

Kasus pria asal Henan ini menjadi peringatan keras bagi operator seluler di Tiongkok agar meninjau ulang kebijakan pencegahan penipuan yang terlalu ekstrem. Perlindungan pengguna seharusnya tidak dilakukan dengan cara yang membahayakan keselamatan dan mengorbankan hak dasar pelanggan. Kejadian ini membuka mata publik tentang pentingnya keseimbangan antara keamanan digital dan kemanusiaan.


#ChinaMobile #Tiongkok #AntiPenipuan #KartuSIM #BeritaTiongkok #KasusHenan #Tibet #BeritaViral #EtIndonesia #KebijakanDigital #PerlindunganPengguna #BeritaInternasional

0 comments