Sidang Pleno Keempat Usai, Isyarat Krisis dari Beijing: PKT Terjebak dalam Kekacauan Internal


Setelah berakhirnya Sidang Pleno Keempat (四中全會) Partai Komunis Tiongkok (PKT), publikasi resmi menunjukkan bahwa partai tersebut tengah menghadapi krisis multidimensi — ekonomi, politik, dan militer. Dari rencana ekonomi yang kabur hingga ketegangan internal yang memanas, sinyal ketidakstabilan dalam tubuh PKT semakin jelas.



GlobalNews — Sidang tertutup Pleno Keempat Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (PKT) resmi berakhir. Meskipun media resmi Beijing gencar mempromosikan “rencana lima tahun” terbaru yang disebut “Rencana Lima Belas Lima (十五五規劃)”, isi dari laporan publikasinya justru menimbulkan tanda tanya besar di dalam dan luar negeri.

Dari pernyataan yang dirilis pada 23 Oktober, partai menyoroti tiga prioritas utama: Penguatan ekonomi riil, perluasan konsumsi domestik, dan “pembangunan berkualitas tinggi”. Namun, tidak ada satu pun target konkret pertumbuhan ekonomi yang diumumkan — hal yang dinilai para analis sebagai tanda keterpurukan ekonomi Tiongkok yang semakin sulit ditutupi.

Ekonomi Melemah dan Data yang Dipertanyakan

Menurut Profesor Xie Tian dari Aiken School of Business, University of South Carolina (AS), Beijing mengetahui kondisi ekonomi sebenarnya jauh lebih parah dari yang disampaikan.

“Apa yang disampaikan PKT hanyalah upaya mempercantik keadaan dan menutupi kenyataan ekonomi yang sebenarnya,” ujarnya.

Badan Statistik Nasional Tiongkok pada 20 Oktober melaporkan bahwa harga rumah di 70 kota besar turun 0,41% pada September — penurunan terbesar dalam 11 bulan terakhir.
Selain itu, pertumbuhan PDB kuartal ketiga hanya mencapai 4,8%, turun dari 5,2% pada kuartal sebelumnya. Banyak analis menduga data ini telah diselewengkan agar tampak lebih baik dari kondisi riil.

Xie Tian menambahkan, “Tingkat pengangguran yang tinggi dan kesulitan lapangan kerja kini hampir mustahil disembunyikan.”

“Rencana Lima Belas Lima”: Upaya Menunda Krisis

Dalam publikasinya, PKT menggambarkan periode mendatang sebagai “masa krusial menuju modernisasi,” namun juga mengakui bahwa kondisi global dan domestik kini dipenuhi ketidakpastian dan risiko besar.

Profesor Xie menilai bahwa rencana lima tahun baru ini tidak lebih dari strategi bertahan hidup.

“PKT kini hanya berusaha menunda kehancuran total yang semakin dekat,” katanya.

Pergolakan di Tubuh Militer dan Politik

Selain masalah ekonomi, publik lebih menyoroti pergeseran kekuasaan di kalangan elit partai dan militer. Laporan menunjukkan hanya satu promosi penting: Zhang Shengmin diangkat sebagai Wakil Ketua Komisi Militer Pusat (CMC), namun tidak diangkat menjadi anggota Politbiro, melanggar tradisi PKT selama ini.

Menurut pengamat politik Chen Pokong, langkah ini menunjukkan struktur militer PKT kini tidak stabil.

“Komisi Militer Pusat yang seharusnya beranggotakan tujuh orang, kini hanya tersisa empat. Ini menggambarkan kekosongan kekuasaan yang serius,” ujarnya.

Menjelang sidang, muncul pula rumor bahwa Xi Jinping akan menyerahkan sebagian kekuasaan militernya. Meski hal itu belum terjadi, banyak analis berpendapat bahwa ketegangan internal di Zhongnanhai (pusat kekuasaan PKT) telah mencapai titik didih.

Bahkan, mantan perwira angkatan laut PKT, Yao Cheng mengungkapkan bahwa banyak perwira menolak loyalitas kepada Xi. Ia menyebut, keputusan Xi untuk menahan promosi para kandidat militer yang memenuhi syarat justru bisa memicu perpecahan di tubuh militer.

Rakyat Serukan Perubahan

Di tengah kemelut politik ini, semakin banyak rakyat Tiongkok menyerukan pengakhiran pemerintahan otoriter PKT. Baru-baru ini, video buatan AI yang memperlihatkan warga turun ke jalan dengan spanduk bertuliskan “Turunkan Partai Komunis” dan “Akhiri Kediktatoran” viral di media sosial, mendapat sambutan luas dari masyarakat.

Fenomena ini mencerminkan bahwa kepercayaan rakyat terhadap rezim semakin rapuh — dan krisis legitimasi PKT semakin nyata.


#PKT #XiJinping #RencanaLimaTahunTiongkok #KrisisTiongkok #EkonomiTiongkok #PolitikBeijing #KomisiMiliterPusat #ChenPokong #XieTian #YaoCheng #BeritaTiongkok #EtIndonesia

0 comments