Hanya Ada Satu Pemeran Utama pada Pilpres AS 2020

 

Presiden Trump berpidato dalam pertemuan kampanyenya.
(ISAAC BREKKEN / GETTYIMAGES)

“Kekuatan Lama di dalam maupun luar negeri AS ini berharap muncul satu kali restorasi total, membuat seluruh Amerika terseret kembali ke tatanan lama yang akan menguntungkan komunis RRT, perusahaan multinasional, dan juga keluarga korup yang ditopang oleh perusahaan multinasional tersebut, seperti keluarga Biden.” 

--CHEN POKONG Komentator politik etnis Tionghoa asal AS 

LUO YA

Alur peristiwa dalam pilpres AS 2020 terombang-ambing naik turun, membingungkan pandangan masyarakat. Beberapa negara bagian krusial di-investigasi secara hukum karena terlibat dalam kecurangan pemilu. Pakar menilai pemeran utama dalam pilpres kali ini hanya satu orang, yakni Trump. Trump telah membangunkan dunia, memperlihatkan dua pemisahan yang lama dan yang baru, Kekuatan Lama menerkam membabi-buta, berniat menyeret AS kembali ke orde lama.

Komentator politik etnis Tionghoa asal AS, Chen Pokong pada saat diwawancarai The Epoch Times menjelaskan, ia merasa dalam pilpres kali ini hanya ada Trump sebagai satu-satunya pemeran utama karena aspirasi dari para warga pemilih sangat jelas. “Orang yang menyukai Trump, mendukung Trump, adalah orang yang mendukung semacam reformasi, mendukung gerakan dan revolusi yang baru. Amerika telah sadar, negara Barat pun telah sadar, dalam melawan Partai Komunis Tiongkok (PKT), yang membuat AS kembali menjadi kuat dan makmur,” kata Chen.

“Sebaliknya orang yang menentang Trump berniat mempertahankan orde lama dan perangkat yang usang ini, yakni para taipan di Wall Street, pebisnis perusahaan multinasional, konglomerat Hollywood, kekuatan internasional baik dari Barat maupun Timur, termasuk PKT, termasuk para penganut paham peredaan Eropa. Mereka semua berharap meneruskan globalisasi, lalu berharap pula mendapat keuntungan dari Amerika, khususnya komunis Tiongkok berniat mengambil keuntungan dari AS.”

Chen Pokong menganalisa lebih lanjut, munculnya Trump telah merusak tatanan atau orde usang semacam ini, maka di pilpres 2020 ini warga pemilih AS melihat dengan jelas, “Orang yang memberikan suaranya bagi Trump jelas merupakan pendukung sejati Trump dan yang menyukai Trump. Berharap Amerika menjadi kuat dan makmur kembali seperti sedia kala.”

Tapi orang-orang yang memberikan suara bagi Biden di saat diwawancarai oleh wartawan, mereka sangat tidak jelas sikapnya. “Mayoritas dari mereka adalah dikarenakan tidak menyukai Trump, yang memberikan suaranya kepada Biden karena mereka menentang Trump. Dengan kata lain, siapa pun calon yang diusung oleh Partai Demokrat, orang-orang ini akan memberikan suara kepadanya.”

Ia mengkritisi, “Mereka yang anti Trump ini begitu menentangnya hingga sudah mencapai tahap kelainan jiwa.”

Trump Mendobrak Gerakan Globalisasi Sebelumnya

Chen Pokong menganalisa penyebab mendalam terjadinya fenomena menentang Trump di AS, “Gerakan oleh Trump ini membuat AS kembali tersadar, kembali menjadi kuat, kembali menjadi makmur, salah satu hal yang utama adalah mendobrak globalisasi sebelumnya. Karena gerakan globalisasi membuat AS merugi, membuat modal, teknologi, dan dana perusahaan AS beralih ke negara lain, khususnya ke RRT.”

Yang mendapat keuntungan akibat globalisasi, menurut Chen terutama ada dua pihak: Yang pertama adalah negara komunis RRT mendapatkan keuntungan, seperti yang dikatakan Trump, mereka mengambil uang dari Amerika untuk membangun Tiongkok; yang kedua adalah perusahaan multinasional. Mereka tidak peduli akan pekerja AS yang kehilangan pekerjaannya, tidak peduli kerugian yang dialami buruh industri, kerugian petani, selama mereka bisa mendapatkan untung besar, mereka akan pindah ke RRT atau negara sejenis.

Di mana ada tenaga kerja yang murah, standar HAM paling rendah, standar pelestarian lingkungan yang paling rendah, biaya yang paling rendah, demi meraih keuntungan yang paling besar.

Chen berpendapat, media massa sayap kiri AS atau media sosial yang merupakan raksasa teknologi AS, berjalan sepihak dengan Partai Demokrat, Wall Street, Hollywood, dan perusahaan multinasional. “Karena mereka ingin berbisnis lintas negara, di AS mereka bisa mengkritik pemerintah, punya kebebasan berpendapat yang sangat besar, namun di negara otoriter seperti RRT mereka harus tunduk dengan yang namanya hukum, dengan kata lain harus tunduk terhadap otoriter, begitu pula Hollywood.”

Ia menekankan, perusahaan multinasional yang berorientasi pada keuntungan itu membentuk aliansi yang luas untuk menentang Trump. “Aliansi anti-Trump ini memiliki kekuatan yang sangat besar di AS, di internasional pengaruhnya juga sangat besar. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri AS, mereka merupakan kubu Kekuatan Lama, termasuk Jerman dan Prancis, mereka pun merupakan penganut paham peredaan, mereka juga mendorong konsep welfarisme atau sosialisme dalam wujud tertentu.”

Menurut Chen, reformasi Trump membuat AS kuat dan besar kembali, yang pertama mengalami pukulan keras adalah komunis RRT, juga menghantam media sosial perusahaan hi-tech AS yang berbisnis dengan PKT ini.

“Akibat perang media, PKT terus mengusir media massa AS, termasuk surat kabar The New York Times, CNN, dan lain-lain, membuat mereka merasa sangat kecewa, mereka tidak menyalahkan PKT akan hal ini, melainkan melimpahkan semua kesalahan ini kepada Trump.”

Media Sayap Kiri AS Menentang Trump Melewati 4 Tahap

Chen Pokong menilai, yang tampak pada media massa, sebenarnya adalah media massa sayap kiri AS dalam menentang Trump telah mengalami empat tahapan: Pertama adalah pada pilpres 2016, mereka tidak bisa menerima gerakan perubahan baru oleh Trump, mereka pun mengeluarkan survei masyarakat yang fiktif untuk menyesatkan warga pemilih, tapi kali itu mereka gagal, Trump terpilih sebagai presiden.

Tahap kedua adalah empat tahun masa pemerintahan Trump, media massa arus utama sayap kiri ini serempak menjadi penjegal Trump, tidak memberitakan prestasi Trump dan hanya memberitakan kesalahannya.

Begitu pula prestasi Trump di bidang ekonomi, termasuk jumlah lapangan kerja paling tinggi, angka pengangguran paling rendah, pertumbuhan ekonomi terbaik, bursa efek tertinggi dan lain sebagainya, di kalangan media massa sayap kiri arus utama itu hampir tidak eksis sama sekali.

Tahap ketiga adalah dalam pilpres kali ini Trump berniat menjabat kembali. Kali ini survei fiktif dan berita palsu yang mereka ciptakan jauh lebih parah dibandingkan 2016, tingkat hiperbolanya jauh melebihi Hillary terhadap Trump sebelumnya.

Tahap keempat adalah di saat sekarang setelah pemilu berakhir muncul perselisihan dan tuntutan hukum, mereka mulai secara opsional melindungi Biden, secara sepihak memberitakan sejumlah hal yang merugikan Trump.

Kekuatan Lama Merajalela, Perjuangan Trump Tidak Mudah

Chen Pokong menekankan, “Mereka telah gagal secara survei dalam pemilu, tapi sekarang mereka memasuki tahap keempat yakni mati-matian melindungi Biden dan Partai Demokrat, dengan niat membuat restorasi berhasil, untuk mewujudkan restorasi total dari kekuatan dalam dan luar negeri AS kali ini, hendak mengembalikan orde lama, maka Kekuatan Lama pun bangkit kembali.”

Lebih lanjut ia menjelaskan, media massa arus utama juga memainkan peran yang sangat tidak terpuji, yakni bersama-sama menutupi aib keluarga Biden, tidak memberitakannya barang sepatah kata pun. Dan rumor pada keluarga Biden ini adalah kejadian super nyata, bisa dikatakan buktinya amat sangat kuat.

“Hal ini sama sekali telah bertentangan dengan prinsip mendasar media massa yang netral, objektif, serta kebebasan berpendapat dan kebebasan pers, termasuk juga sejumlah media sosial, seperti Twitter, Facebook, dan lain-lain. Ini semua adalah hambatan bagi demokrasi dan konstitusi AS,” imbuhnya.

Ia memberikan contoh, seperti dana yang digalang oleh kubu Biden dan Partai Demokrat dalam pilpres kali ini adalah dua kali lipat dibandingkan kubu Trump. Karena di belakang mereka ada dukungan para taipan Wall Street, konsorsium besar, pemilik perusahaan multi-nasional, konglomerat Hollywood, atau para raksasa hi-tech dan raksasa bisnis lainnya.

“Jadi Kekuatan Lama di dalam maupun luar negeri AS ini berharap muncul satu kali restorasi total, membuat seluruh Amerika terseret kembali ke tatanan lama. Tatanan atau orde lama ini hanya akan menguntungkan komunis RRT, dan menguntungkan perusahaan multinasional, tentunya juga menguntungkan keluarga korup yang ditopang oleh perusahaan multinasional tersebut, seperti keluarga Biden,” jelasnya.“Jika tidak ada aturan hukum dan konstitusi yang bisa menuntut pertanggung-jawaban mereka, setidaknya secara moral mereka harus mendapatkan kecaman dari berbagai pihak.”

Chen Pokong menilai, dalam melawan arus yang menggelora, Trump tidak berjuang sendirian, sekarang yang didapatnya adalah dukungan rakyat, dukungan yang mendasar, kalangan pekerja dan petani juga kaum minoritas yang telah sadar termasuk dukungan dari keturunan Latin, keturunan Asia, kulit hitam dan lain-lain, namun dibandingkan para pengusaha besar di kalangan bisnis, sumber dana mereka jauh lebih kecil, sehingga perjuangan Trump ini menjadi sangat tidak mudah, Trump hanya mengandalkan rakyat Amerika.

Ia menegaskan, jika Biden mengandalkan yang disebut media massa arus utama, yakni media massa sayap kiri yang telah memonopoli opini, akan tetapi yang diandalkan Trump adalah aspirasi warga arus utama. Karena pada banyak survei warga yang objektif menunjukkan bahwa mayoritas warga AS, lebih dari 70% warga sangat antipati terhadap komunis RRT, dan dalam melawan komunis RRT, mereka berpihak pada Trump. (et/lie/sun)

0 comments