The Lancet: Belum Terbukti Secara Ilmiah Perlunya Penyuntikan Vaksin Booster untuk Populasi Umum

Pada 22 April 2021, seorang perawat di tempat vaksinasi di Massachusetts, AS, menyuntik seorang anak laki-laki berusia 16 tahun dengan vaksin pneumonia Komunis Tiongkok dari Pfizer. Orang dalam gambar tidak ada hubungannya dengan laporan berita. (JOSEPH PREZIOSO/AFP via Getty Images)

CHEN BEICHEN

Sebanyak 18 ilmuwan dalam artikel di The Lancet pada Senin (13/8) mengatakan bahwa, banyak negara mendorong dilakukannya penyuntikan vaksin booster, dengan harapan penurunan jumlah kasus yang dikonfirmasi dengan adanya semakin meningkatnya sistem kekebalan tubuh masyarakat umum.

Gagasan ini memang “sangat menarik”, tetapi bukti saat ini tidak mendukung pengertian vaksinasi booster bagi populasi umum. Artikel tersebut mengutip 93 referensi untuk mendukung argumen mereka terhadap topik tersebut.

Rekan penulis artikel ini berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Meksiko, Jamaika, Prancis, Portugal, Afrika Selatan, dan Kolombia, termasuk: Marion Gruber, Direktur Kantor Penelitian Vaksin dan Tinjauan Makanan dan Obat-obatan AS (FDA), dan Philip Krause. Kedua pejabat itu mengundurkan diri pada awal bulan September ini karena program tambahan penyuntikan vaksin yang didorong Gedung Putih.

Bagi negara yang sedang merencanakan atau telah mengimplementasikan suntikan vaksin booster, para ilmuwan menyarankan: Pemerintah perlu melakukan peninjauan yang cermat dan terbuka terhadap data yang terus berubah untuk memastikan bahwa rencana tersebut ditentukan oleh data yang dapat diandalkan, tetapi bukan berdasarkan kepentingan politik. Selain itu, jika suntikan vaksin booster diberikan terlalu dini atau jenis vaksin yang diberikan terlalu luas, juga dapat membawa risiko efek samping lainnya.

Dalam artikel tersebut juga disebutkan bahwa ini terutama berlaku untuk vaksin dengan efek samping yang diperantarai kekebalan (immune-mediated side-effects). Misalnya, ada laporan yang sangat jarang mengenai ada orang yang setelah menerima suntikan dosis kedua vaksin Pfizer atau Moderna, terkena jenis peradangan jantung yang disebut miokarditis.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa, jika banyak orang mengalami efek samping yang timbul karena suntikan dosis tambahan, ini dapat mengurangi tingkat penerimaan orang terhadap vaksin.

Amerika Serikat diperkirakan akan meluncurkan vaksin booster mulai 20 September, dosis vaksin tambahan yang diharapkan dapat memperkuat kekebalan publik terhadap strain virus varian Delta.

Menurut laporan ‘Business Insider’, bahwa para ahli sebelumnya telah mengingatkan bahwa data yang diberikan oleh pejabat kesehatan federal kurang meyakinkan, dan mereka berpendapat bahwa anjuran pemerintah untuk mempopulerkan vaksin booster adalah tidak tepat.

Menurut CNBC, kelompok penasihat dari FDA akan bertemu pada Jumat 17 September untuk membahas data tentang inokulasi booster secara luas. (ET/sin/sun)

0 comments