Petugas Ber-APD Putih, Paru-paru Putih Hingga Revolusi Kertas Putih: Kutukan Putih Menyelubungi PKT

Pada 11 Desember, dua Dabai berada di depan gedung perkantoran komersial. Dabai adalah sebutan staf penegakan dan pengujian COVID-19 dengan kostum Hazmat Putih. (Kevin Frayer/Getty Images)

WEI TUO

Dalam tiga tahun diserang virus COVID-19 “Dabai” (petugas penanggulangan COVID) yang mengenakan pakaian pelindung berwarna putih telah menyebar ke seluruh daratan Tiongkok. Kemudian Revolusi Kertas Putih meletus di banyak wilayah di Tiongkok pada akhir tahun 2022, yang memaksa pihak berwenang untuk meninggalkan kebijakan ekstrim Nol COVID. Lalu, pembebasan tanpa persiapan yang menyebabkan epidemi di seluruh negeri dan muncul sejumlah besar pasien “Paru-Paru Putih” di seluruh negeri. Warna putih tampaknya menjadi kutukan yang tak dapat dihilangkan untuk mengguncangkan kekuasaan totaliter Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Blokade dan Kuasa Kontrol Ekstrem “Dabai” Hanya Ada di Tiongkok

Sejak wabah “virus Partai Komunis Tiongkok” dilaporkan di daratan Tiongkok pada akhir tahun 2019, virus ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh negeri. Karena penyembunyian yang disengaja dan dibiarkan oleh otoritas PKT, virus dengan cepat mengalir keluar dari Tiongkok dan menyebar ke seluruh dunia. Sejauh ini, sekitar 662 juta orang telah terinfeksi dan sekitar 7,5 juta orang meninggal dunia (termasuk data resmi PKT, tetapi karena data yang diberikan oleh PKT semuanya palsu, data epidemi dan kematian yang sebenarnya di daratan Tiongkok tidak dapat diverifikasi oleh dunia luar saat ini).

Dalam tiga tahun terakhir, otoritas PKT demi mempamerkan apa yang disebut karakteristik Tiongkok, selalu mengikuti dan mempertahankan kebijakan anti-kemanusiaan seperti “pembersihan nol dinamis” dan menerapkan apa yang disebut “diperiksa, dikumpulkan, diisolasi dan disembuhkan secara tuntas”, dengan penuh semangat membangun rumah sakit kabin persegi, dan melakukan penutupan desa, gedung, distrik, kota, provinsi dan negara secara paksa, dan bahkan praktik menarik semua orang yang tidak terinfeksi di seluruh gedung atau seluruh komunitas setelah satu orang terinfeksi.

Seketika, polisi, petugas keamanan dan petugas medis yang dibungkus pakaian pelindung putih dari ujung kepala sampai ujung kaki membanjiri seluruh negeri. Mereka secara paksa masuk ke rumah, membersihkan rumah, membunuh hewan peliharaan dan memaksa orang sehat meninggalkan rumahnya untuk di karantina, seketika duka dimana-mana. Ada orang yang meninggal dunia karena kelaparan, meninggal dunia di rumah, terpaksa melompat dari gedung, bahkan orang lanjut usia yang membutuhkan perawatan darurat diblokir di pintu masuk rumah sakit oleh ‘Dabai’ hingga meninggal dunia tanpa perawatan. Insiden horor kematian ibu dan bayi karena pendarahan hebat sebab tak dapat masuk rumah sakit untuk melahirkan, terus menggegerkan warganet, dikutuk oleh semua lapisan masyarakat.

Oleh karena itu, staf tingkat rendah yang menerapkan metode pengendalian teroris PKT dan menyebabkan tragedi kemanusiaan yang tak terhitung jumlahnya dijuluki “Dabai” oleh publik, bahkan disebut “Bai Wuchang”.

Adegan horor putih yang jarang terjadi di dunia ini, telah mengungkap dengan jelas kontrol ekstrem ketat dari totalitarianisme PKT kepada dunia.

Berduka Cita Atas Kematian Para Pelawan Tirani, Revolusi Kertas Putih

Kebijakan “pembersihan nol dinamis” yang ekstrem dari otoritas PKT berakhir tak lama setelah gerakan “revolusi kertas putih” yang dimulai pada 26 November tahun 2022.

Pada pukul 19:49,  24 November tahun lalu, kebakaran serius terjadi di sebuah gedung tinggi di Komunitas Jixiangyuan, Urumqi, Xinjiang. Langkah-langkah blokade yang sangat ketat dari otoritas PKT menghambat penyelamatan hingga menyebabkan penduduk tak bisa melarikan diri, mengakibatkan 44 orang tewas dan lebih dari 100 orang luka-luka. Setelah tragedi itu terkuak, menjadi pemicu bagi publik untuk menentang kebijakan pembersihan nol dinamis penguasa.

Pada 26 November, foto Li Kangmeng, seorang gadis dari Institut Media dan Komunikasi Nanjing memegang kertas kosong sebagai protes tanpa suara, memicu opini publik di Internet. Perguruan Tinggi Nan Chuan memimpin dalam berkumpul secara spontan dan meluncurkan kegiatan untuk berduka cita atas para korban kebakaran 11.24 Urumqi, yang memicu gerakan protes di berbagai tempat, dengan tindak lanjut di berbagai tempat, dengan cepat berkembang menjadi “revolusi kertas kosong” berskala besar yang melibatkan lebih dari 180 universitas dan warga di banyak kota di seluruh negeri.

Dari 26 hingga 27 November, sejumlah besar orang di Shanghai berkumpul di luar Huixianju dan Yiyuan di Jalan Tengah Urumqi, menyerukan untuk mengakhiri kebijakan “pembersihan nol dinamis” dan mengakhiri status berkuasa Partai Komunis Tiongkok. Mereka menyalakan lilin putih di bawah tanda jalan “Urumqi Middle Road” untuk berduka cita atas para korban kebakaran, dan serempak meneriakkan slogan-slogan “Partai Komunis mundur” dan “Xi Jinping mundur”, membuat “revolusi kertas putih” (juga dikenal sebagai “gerakan kertas putih”) sebuah “menjadi gerakan politik pertama yang menantang totaliter untuk memperjuangkan demokrasi dan kebebasan sejak “4 Juni 1989”.

Tiba-Tiba Dilepaskan, Seluruh Negeri Terinfeksi, Paru-paru Putih Hadir

Di bawah tekanan “revolusi kertas putih” dan masyarakat seluruh negeri, otoritas PKT terpaksa melepaskan kebijakan pembersihan nol yang selalu mereka pertahankan, tetapi tiba-tiba dilepaskan sepenuhnya tanpa rencana apa pun. Perputaran 180 derajat ini menyebabkan arus terinfeksi wabah model semburan sumur yang tiba-tiba pecah di berbagai tempat di Tiongkok, sulit bagi sejumlah besar pasien yang terinfeksi untuk mencari perawatan medis, mereka tidak dapat membeli antipiretik, yang menjadi gelombang tsunami berikutnya.

Pada akhir tahun dan awal tahun, sistem medis di kota-kota besar dan menengah di seluruh negeri runtuh karena kewalahan oleh sejumlah besar pasien, yang pada gilirannya menyebabkan kematian yang cepat bagi sejumlah besar pasien yang sakit kritis, dan efek berantai dari runtuhnya sistem pemakaman karena kewalahan oleh orang mati.

Internet penuh dengan gambar orang-orang tewas di kamar mayat rumah sakit, bahkan ruang gawat darurat, antrian panjang di rumah duka, dan adegan mayat harus menunggu berhari-hari untuk dikremasi dan diperas oleh calo.

Fenomena yang paling menakutkan adalah sebagian besar pasien yang sakit kritis menampakkan kondisi paru-paru putih. Beberapa orang mengatakan bahwa ini adalah “era Putih Besar telah berlalu, dan era Paru Putih Besar telah tiba.”

Seorang staf medis mengungkapkan hasil tes CT pasien di rumah sakit mereka: “Dalam satu hari, tidak lebih 10 orang dari 182 orang yang memiliki CT scan normal, pada dasarnya mereka semua memiliki paru-paru putih besar.”

Baru-baru ini, “paru-paru putih” menjadi pencarian panas di daratan Tiongkok, dan media resmi mengakui, “Di musim dingin puncak perawatan medis ini, “paru-paru putih” secara bertahap menjadi kata hangat dalam diskusi semua orang.”

Seorang ahli daratan member penjelasan terhadap “paru-paru putih” bahwa “ketika radang paru-paru parah dan ada lebih banyak eksudat, dan ketika area pencitraan putih mencapai 70% hingga 80%, biasanya disebut paru-paru putih dalam praktik klinis, dan secara ilmiah namanya pneumonia berat.”

Para ahli mengatakan, “Tingkat kematian pasien paru-paru putih yang parah lebih dari 40%.” “Sulit untuk mengembalikan paru-paru ke keadaan bersih seperti semula. Sebagian besar pasien akan meninggalkan gejala sisa fibrosis paru. “

Dikatakan bahwa wajah berubah pucat membicarakan paru-paru putih, lebih-lebih karena pasien sejenis ini telah menyebar dari orang tua ke orang dewasa muda.

Tiga Tahun yang Dipenuhi Unsur Putih Menjadi Kutukan atas PKT

“Putih Besar” Surut Selama tiga tahun, “Revolusi Kertas Putih” mengakhiri “pembersihan nol dinamis” yang telah dipertahankan oleh otoritas PKT selama tiga tahun. Efeknya memicu “Revolusi Kembang Api” pada Malam Tahun Baru, menyebabkan PKT babak belur.

Saat ini, penyakit paru-paru putih parah, yang dimulai dengan huruf putih, terus merenggut nyawa banyak pasien, termasuk pejabat senior Partai Komunis Tiongkok.

Namun, partai politik PKT yang menjunjung tinggi apa yang disebut “ateisme,” masih menganut praktik “melawan langit” yang selalu diyakininya. Baru-baru ini, telah meluncurkan apa yang disebut propaganda tanpa otak “mengetahui bahwa ada harimau di pegunungan, tetapi malah pergi ke pegunungan.”

Seorang penulis daratan menulis kepada The Epoch Times, mengatakan, apakah Anda PKT bisa mati jika tidak membual? Apakah Anda tidak takut memanggil datang arwah dendam? Tidak mengambil jalan yang benar, Anda menggoda harimau? Ini benar-benar bodoh jika Anda memikirkannya dengan tumit Anda, bukan? Menggiring rakyat secara paksa ke pegunungan yang diketahuinya ada harimau, dan mengirim banyak orang untuk memberi makan harimau, ini bukan hanya bodoh, ini harus disebut jahat! Hati nurani PKT telah rusak.

Penulis ini langsung menunjukkan: Semangat macam apa versi PKT yang “mengetahui ada harimau di pegunungan, tetapi berjalan menuju harimau”? Orang Tionghoa yang normal dan sadar telah lama memiliki jawaban paling langsung: “Sakit mental!”

Mengenai praktik PKT ini, komentator Yan Dan mengatakan bahwa ada gambar di dalam tembok yang menunjukkan bahwa netizen telah menciptakan kata baru yang disebut “Bai Fei Xin Ji” (homonim untuk usaha yang sia-sia). Istilah ini lahir sebagai tanggapan atas malapetaka, seolah-olah dirancang khusus untuk menyimpulkan "perang epidemi" tiga tahun PKT.

Lalu, bagaimana dengan atribusi warna putih dalam budaya tradisional Tiongkok?

Menurut Yi Li, putih melambangkan energi Yang dinamis, dan termasuk “emas” dalam “lima elemen” (emas, kayu, air, api dan tanah).

Dalam “lima elemen”, atribut “emas” melambangkan tubuh yang memiliki sifat merusak dan kokoh.

Dalam kaitannya dengan organ tubuh manusia, “lima elemen” bersepadanan dengan “lima organ dalam” manusia (jantung, hati, limpa, paru-paru dan ginjal), dan “emas” melambangkan paru-paru.

Dalam teori tradisional Tiongkok tentang lima elemen, “emas” homolog dengan warna putih, dan menunjuk ke paru-paru pada tubuh manusia, dan “Paru-paru putih besar” saat ini sesuai dengan pepatah dalam budaya tradisional.

Putih Besar, Paru-paru Putih, Revolusi Kertas Putih………. semua ini mungkin juga bukan kebetulan.(ET/lin/sun)


0 comments