Lonjakan Kasus COVID-19 di Tiongkok: Warga Terjangkit Massal, Kematian Meningkat, Pemerintah Bungkam
![]() |
The Truth Media – Sejak Mei 2025, berbagai wilayah di Tiongkok mengalami lonjakan drastis kasus COVID-19. Warga setempat melaporkan gejala seperti demam tinggi, sakit tenggorokan, batuk, dan kelelahan, dengan rumah sakit dipenuhi pasien. Bahkan, sejumlah warga mengklaim banyaknya kematian mendadak, namun tidak dilaporkan oleh pemerintah.
Seorang dokter di Rumah Sakit Pusat Putuo, Shanghai, mengatakan: "Dari 10 pasien yang datang, lebih dari separuh positif COVID-19."
Tingkat Positif COVID-19 Meningkat Signifikan
Pada 19 Mei, media Tiongkok melaporkan meningkatnya pasien di poli demam. Mayoritas menunjukkan gejala demam, kelelahan, dan sakit tenggorokan. Sementara itu, warga dari berbagai daerah, termasuk Shaanxi, melaporkan bahwa gejala-gejala yang muncul sangat mirip dengan gelombang pandemi sebelumnya.
Seorang warga Baiji, Shaanxi, yang dikenal sebagai "Pak Zhou", mengungkapkan: "Banyak sekali yang terkena flu. Dokter bilang hanya demam, tapi gejalanya sangat mirip dengan COVID-19 dulu. Bahkan pengobatan biasa tidak manjur dan proses pemulihannya lama."
"Di desa, dokter menganggap ini sama saja seperti pandemi dulu, hanya diganti nama menjadi flu biasa."
Kasus Kematian Mendadak dan Penularan Keluarga Meningkat
Seorang kreator konten dari Tiongkok menceritakan pengalamannya saat terinfeksi: "Awalnya hanya sakit tenggorokan ringan, lalu bengkak. Hari ketiga, tubuh seperti habis dipukuli. Saya menulari istri dan dua adik perempuan saya."
Pada 12 Mei, Pusat Pengendalian Penyakit Distrik Chaoyang, Beijing, melaporkan bahwa varian dominan saat ini adalah NB.1, cabang dari mutasi XDV, yang memiliki kemampuan menghindari sistem imun lebih kuat.
Data dari CDC Tiongkok menunjukkan bahwa antara 31 Maret hingga 4 Mei, tingkat positif COVID-19 di kasus gejala mirip flu meningkat dari 7,5% menjadi 16,2%, sementara di kasus rawat inap untuk infeksi pernapasan akut berat, naik dari 3,3% menjadi 6,3%.
Warga Mengeluh Rumah Sakit Penuh, Pemerintah Tetap Tutup Mulut
Warga Ziyang, Sichuan, dan Tianjin mengaku banyak orang mengalami demam dan harus mengantre panjang di rumah sakit.
"Teman-teman dan kerabat saya banyak yang meninggal dalam beberapa bulan ini. Pemerintah tidak membahasnya sama sekali," kata seorang warga Tianjin.
Warga juga melaporkan kematian mendadak yang tidak memiliki gejala sebelumnya.
"Ada yang tidur sehat, keesokan harinya tidak bangun lagi. Ada pula yang demam tinggi terus dan akhirnya meninggal," ujar Pak Zhou.
Menurutnya, puluhan orang meninggal karena "paru-paru putih", gejala khas COVID-19 parah, yang diduga merupakan efek samping vaksin.
"Ini murni dampak pasca-vaksinasi, banyak sekali yang meninggal. Bahkan minggu lalu saja, lima hingga enam orang dari desa kami meninggal."
Gelombang Kematian Diam-Diam: Profesor dan Tokoh Masyarakat Ikut Jadi Korban
Media Tiongkok juga mencatat banyak kematian tokoh penting dalam beberapa bulan terakhir. Pada 16 Mei saja, dua profesor universitas di usia 40-an diberitakan meninggal dunia.
Sementara itu, di Asia, termasuk Hong Kong, kasus COVID-19 juga meningkat. Kementerian Kesehatan Hong Kong mencatat kenaikan tingkat positif dari 6,2% menjadi 13,7%, dengan 30 kematian dalam empat minggu terakhir.
Kesimpulan: Lonjakan COVID-19 di Tiongkok Picu Kekhawatiran Global
Dengan meningkatnya jumlah kasus dan kematian, serta minimnya transparansi dari pemerintah Tiongkok, para pengamat khawatir gelombang baru COVID-19 akan menyebar lebih luas dan sulit dikendalikan. Lonjakan ini menunjukkan perlunya kewaspadaan global terhadap mutasi varian baru COVID-19 yang mungkin lebih berbahaya dari sebelumnya.
Dengan meningkatnya jumlah kasus dan kematian, serta minimnya transparansi dari pemerintah Tiongkok, para pengamat khawatir gelombang baru COVID-19 akan menyebar lebih luas dan sulit dikendalikan. Lonjakan ini menunjukkan perlunya kewaspadaan global terhadap mutasi varian baru COVID-19 yang mungkin lebih berbahaya dari sebelumnya.
0 comments