Cuaca Ekstrem di Tiongkok: Banjir di Selatan, Kekeringan di Utara, Rakyat Derita Berat
![]() |
Tiongkok – Cuaca ekstrem melanda berbagai wilayah di Tiongkok. Provinsi seperti Guangxi, Guangdong, Hunan, dan Jiangxi dilanda hujan deras dan banjir parah, menyebabkan kerugian besar. Sementara itu, wilayah Tiongkok bagian utara seperti Henan dan Shanxi mengalami kekeringan berkepanjangan, membuat hasil panen, khususnya gandum, turun drastis dan memicu keluhan besar dari petani.
Banjir Parah Usai Kekeringan di Guangxi
Setelah mengalami kekeringan selama enam bulan, Guangxi dihantam hujan lebat ekstrem pada 17 Mei, menyebabkan banjir bandang di berbagai daerah seperti Yulin, Baise, dan Beiliu. Banyak rumah dan kendaraan terendam, dengan korban jiwa dan orang hilang yang terus bertambah.
Chen, warga Beiliu, Guangxi mengatakan: "Beberapa desa masih tergenang banjir. Ada rumah tertimpa longsor dan batu besar. Setidaknya tiga orang tewas, satu orang belum ditemukan."
Pada 20 Mei pagi, curah hujan masih tinggi di kawasan ini. Sungai Lijiang dan Yulong di Guilin dan Yangshuo meluap, menyebabkan layanan rakit bambu dihentikan total. Banyak kendaraan di sekitar lokasi wisata juga terendam banjir.
Zhang, pemandu wisata Guilin menjelaskan: "Mei dan Juni adalah musim hujan di sini. Sungai kami kecil dan sempit, air dari pegunungan langsung melimpah. Semua rakit bambu dihentikan, banyak mobil tergenang."
Kekeringan dan Gagal Panen di Tiongkok Utara
Sementara itu, provinsi-provinsi seperti Henan, Shanxi, Shaanxi, Anhui, dan Shandong tengah mengalami kekeringan parah, menyebabkan gagal panen gandum. Banyak petani menyampaikan keluhan soal tingginya biaya panen, bahkan ada yang mengatakan hasil panennya tak cukup untuk membayar biaya sewa mesin panen.
Li, petani dari Zhumadian, Henan: "Kekeringan sangat parah. Gandum sampai kering dan bisa terbakar di ladang. Di kampung saya, panen menurun dua pertiga. Di wilayah tenggara dan barat daya Henan, hampir tidak ada hasil panen."
Ia juga mengkritik media pemerintah yang menggambarkan situasi seolah-olah panen berhasil.
"Mereka hanya menyorot ladang yang bagus, padahal kenyataannya sangat buruk."
Badai Angin Disebut “Pertanda Politik”
Beberapa warga juga melaporkan badai angin dahsyat dengan kekuatan lebih dari 10 skala Beaufort yang melanda Henan selama lebih dari 7 jam. Banyak rumah rusak, pohon tumbang, dan kerugian materiil besar.
Li menyebut angin ini sebagai "Huang Sha Feng" (Angin Kutukan Kekaisaran), dianggap sebagai pertanda perubahan rezim.
"Angin seperti ini katanya pernah terjadi saat Kaisar Chongzhen gantung diri, juga saat kematian Yuan Shikai."
Namun, menurut warga, kerusakan dan korban tidak dilaporkan secara resmi, karena dianggap sensitif.
0 comments