Lonjakan Kasus COVID-19 di Tiongkok: Beijing Akui Wabah Meningkat, Rumah Sakit Penuh dan Kasus Kematian Mendadak Naik Tajam


The Truth Media — Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, pemerintah Tiongkok secara resmi mengakui adanya kenaikan signifikan kasus COVID-19. Rumah sakit kembali penuh sesak, permintaan akan obat-obatan melonjak, dan laporan tentang kematian mendadak, termasuk di kalangan anak muda, semakin banyak. Sementara itu, Hong Kong mencatat lonjakan kematian akibat COVID-19 hingga 10 kali lipat dibanding dua bulan lalu.
 
Virus Kembali Merebak, Warga Mengeluhkan Gejala Berat

Di media sosial Tiongkok, warganet mulai menyuarakan kekhawatiran akan gelombang baru infeksi COVID-19. Banyak yang mengeluhkan gejala parah seperti demam tinggi, nyeri tenggorokan ekstrem, kehilangan indera penciuman dan perasa, serta batuk hebat yang terasa sampai ke paru-paru.

Seorang warga Beijing mengatakan: “Saya tertular lagi. Sakit tenggorokan, hidung tersumbat, batuk parah… Rasanya paru-paru mau keluar. Virus kali ini jauh lebih ganas.”
 
Data Resmi Menunjukkan Kenaikan, Tapi Masih Tidak Transparan

Pejabat dari Rumah Sakit You’an di Beijing mengungkapkan bahwa sejak Maret, jumlah pasien dan tingkat positif COVID-19 terus meningkat. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok menunjukkan:
  • Positif COVID-19 di poliklinik naik dari 7,5% menjadi 16,2% antara 31 Maret – 4 Mei.
  • Pada pasien rawat inap dengan gangguan pernapasan berat, angka positif COVID-19 naik dari 3,3% menjadi 6,3%.

Namun, data jumlah kasus dan kematian masih tidak diungkapkan secara resmi, memicu kekhawatiran akan penyembunyian informasi.

Pakar virologi AS, Dr. Lin Xiaoxu menyebut laporan tersebut sebagai: “Manipulatif dan menyesatkan. Tidak dijelaskan apakah angka 16% itu hanya untuk COVID-19 atau mencakup beberapa virus lain. Terlalu banyak data yang disembunyikan.”
 
Lonjakan Kematian di Hong Kong dan Daratan Tiongkok

Di Hong Kong, Departemen Kesehatan melaporkan bahwa dalam 4 minggu terakhir, tercatat 30 kematian akibat COVID-19, meningkat sepuluh kali lipat dibanding bulan Februari. Sementara itu, di berbagai kota di Daratan Tiongkok, masyarakat melaporkan peningkatan kasus kematian mendadak, terutama di usia muda 20–30 tahun, yang sebelumnya sehat tanpa riwayat penyakit.

Warga Shenzhen menyatakan: “Sekarang banyak yang meninggal mendadak, dari berbagai usia, tapi anak muda lebih banyak. Teman saya beberapa sudah meninggal, usia baru dua puluhan.”

Seorang warga dari Yunnan juga mengatakan: “Harga makam melonjak ribuan hingga puluhan ribu yuan. Jelas sekali jumlah kematian meningkat dibanding sebelum pandemi. Tapi pemerintah bilang itu flu biasa, atau virus lain—mereka selalu ganti nama supaya rakyat tidak panik.”
 
Permintaan Obat Meningkat, Layanan Pemakaman Diperluas

Di wilayah selatan China, permintaan obat-obatan demam dan antivirus meningkat drastis. Krematorium dan pemakaman dilaporkan kewalahan, bahkan beberapa area mulai melakukan perluasan lahan pemakaman karena tingginya angka kematian.

Kesimpulan: Wabah COVID-19 Belum Usai, Transparansi Masih Jadi Masalah

Meski pandemi COVID-19 tampaknya mereda di banyak negara, wabah di Tiongkok menunjukkan tanda-tanda serius kembali bangkit. Sayangnya, keterbatasan transparansi dari pemerintah membuat publik — baik di dalam negeri maupun internasional — sulit mendapatkan gambaran akurat tentang situasi sebenarnya.

Meningkatnya kasus kematian mendadak, gejala berat, serta lonjakan angka positif COVID-19 adalah sinyal bahwa varian baru atau gelombang lanjutan bisa saja sedang terjadi, namun tidak sepenuhnya diakui atau ditangani secara terbuka.


0 comments