Peran Tiongkok dalam Konflik Israel-Palestina: Strategi Global dan Kepentingan Geopolitik PKT


Konflik Israel-Palestina yang kembali memanas telah menjadi perhatian global. Di tengah eskalasi tersebut, Tiongkok—khususnya di bawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok (PKT)—mengambil posisi unik dalam merespons konflik ini. Langkah Beijing bukan sekadar aksi diplomatik biasa, namun bagian dari strategi global untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah sekaligus menantang dominasi Amerika Serikat (AS).

Dalam hal ini dukungan Tiongkok terhadap Palestina dalam konflik Israel–Palestina sangat kompleks dan didorong oleh gabungan kepentingan geopolitik, strategis, dan ekonomi. Berikut ini adalah beberapa motif utama:
 
1. Mendukung Narasi Anti-Hegemoni AS

Tiongkok memosisikan diri sebagai penyeimbang terhadap dominasi global Amerika Serikat. Dalam konflik Israel–Palestina, AS dikenal sebagai pendukung kuat Israel. Dengan mendukung Palestina, Tiongkok:
  • Mencitrakan diri sebagai pembela negara-negara tertindas.
  • Menggalang simpati dan dukungan dari Dunia Islam dan negara-negara Global South.
  • Mendorong tatanan dunia multipolar, bukan berpusat pada AS.
 
2. Menjaga Hubungan dengan Dunia Arab dan Muslim

Tiongkok memiliki hubungan dagang dan energi yang erat dengan negara-negara Arab dan Islam, seperti:
  • Arab Saudi (mitra energi utama)
  • Iran (sekutu strategis)
  • Mesir, UEA, Qatar, dll.

Dengan bersikap pro-Palestina, Tiongkok:
  • Menjaga hubungan baik dengan dunia Islam, yang mayoritas mendukung kemerdekaan Palestina.
  • Menghindari kecaman atas isu Xinjiang dengan menunjukkan solidaritas terhadap Muslim Palestina.
  • Memperluas pengaruhnya di Timur Tengah melalui diplomasi yang netral atau pro-Arab.
 
3. Persaingan Strategis dengan Barat

Tiongkok melihat kawasan Timur Tengah sebagai bagian penting dalam inisiatif Belt and Road Initiative (BRI). Dengan aktif di isu Palestina:
  • Tiongkok meningkatkan pengaruhnya di kawasan strategis yang selama ini didominasi AS dan sekutunya.
  • Mengurangi pengaruh AS di wilayah yang rawan konflik, dengan menawarkan alternatif jalur diplomasi.
 
4. Citra Internasional sebagai Mediator Damai

Tiongkok sering menyerukan gencatan senjata dan “solusi dua negara”. Ini adalah bagian dari upaya:
  • Memoles citra sebagai kekuatan global yang damai dan adil.
  • Menjadi mediator dalam konflik internasional untuk menyaingi peran tradisional AS, Eropa, dan PBB.
  • Contohnya, Tiongkok juga pernah menjadi tuan rumah pembicaraan damai Iran–Arab Saudi.
 
5. Solidaritas Politik dan Historis

Secara historis, Tiongkok (sejak era Mao) sudah mendukung gerakan anti-kolonial, termasuk PLO (Palestine Liberation Organization). Meski saat ini lebih pragmatis, dukungan terhadap Palestina tetap menjadi bagian dari warisan ideologis dan diplomatik.
 
6. Pengalihan Isu Domestik dan Kritik Internasional

Dengan menunjukkan kepedulian terhadap isu luar negeri yang populer (seperti Palestina), Tiongkok:
  • Mengalihkan perhatian dari isu internal, seperti penindasan etnis Uighur, Falun Gong, represi Hong Kong, dan kontrol ketat di Tibet.
  • Membangun narasi bahwa Barat munafik karena membela HAM tapi diam atas penderitaan Palestina.
 
Kesimpulan:

Tiongkok mendukung Palestina bukan hanya karena solidaritas ideologis, tapi lebih karena kepentingan strategis untuk melawan pengaruh AS, memperluas jaringan diplomatik, dan menjaga citra global. Dengan mendukung Palestina, Beijing bisa menarik dukungan dari Dunia Islam, memperkuat posisinya di PBB, dan menantang tatanan internasional yang dipimpin Barat.



0 comments